Oleh : Divisi Infrastruktur Geografi
Sekilas Tentang Donorejo
Donorejo merupakan salah satu desa di kecamatan Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah dengan luas ± 597.3730 ha. Berbatasan dengan Desa Kaligono dan Hulusobo di sebelah barat, Desa Girimulyo dan Provinsi DIY di sebelah timur, Desa Tlogoguwo di sebelah utara, dan Desa Jatirejo serta Desa Somongari di sebelah selatan. Donorejo terbagi menjadi empat dusun, yaitu Katerban, Denansri, Jogowono, dan Rejosari. Memilki curah hujan rata-rata 2.391 mm/tahun dengan suhu rata-rata harian sebesar 29˚C menjadikan suhu udara di desa cukup sejuk khususnya saat pagi hari.
Tercatat pada tahun 2019 jumlah penduduk ada 3.623 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.858 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.765 jiwa serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 606 jiwa/km2. Penduduk yang bekerja sebagai petani lebih dominan daripada penduduk yang bekerja sebagai buruh tani, pegawai swasta, pedagang, dan petugas wisata.
Berdasarkan data terbaru tahun 2019, terdapat beberapa tempat wisata yang ada di Desa Donorejo diantaranya adalah gunung (Gunung Cilik dan Gunung Kelir), goa (Goa Nguwik dan Goa Seplawan), serta air terjun. Beberapa tempat wisata yang ada kebanyakan masih terbengkalai karena belum dikelola dengan baik oleh pemerintah. Tempat wisata yang masih eksis hingga saat ini adalah Goa Seplawan, melibatkan pemerintah Kabupaten Purworejo (Dikoperindagpar) dan Pesona Indonesia dalam pengelolaan sehingga dari segi pengembangan infrastruktur dinilai lebih baik daripada tempat wisata yang lain.
Wisata Sebagai Daya Tarik
Goa Seplawan yang terletak di Dusun Katerban menjadi daya tarik tersendiri terhadap wisata yang ada di Desa Donorejo. Berbentuk goa vertikal di ketinggian ± 900mdpl dan panjang goa 750 meter, membuat pengunjung takjub akan keindahan stalagmit serta stalagtit hasil bentukan Karst yang alami. Hanya dengan Rp4.000,00 (belum termasuk parkir), pengunjung dapat turun ke dalam melalui tangga yang telah disediakan namun sayang sekali masih belum ada pemandu (tour guide) yang menemani penelusuran ke goa eksotis ini.
Ditemukannya Goa Seplawan dibarengi penemuan arca emas Dewa Siwa dan Dewi Parwati pada tahun 1979 dengan berat 1,5 kg yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta. Tak perlu khawatir, pengunjung masih dapat berfoto dengan replika dari kedua patung tersebut sebelum masuk ke goa. Pemandangan yang sejuk dan alami dapat dinikmati di gardu pandang. Gardu pandang yang ada di dekat tebing dapat menjadi alternatif bagi pengunjung yang ingin melihat eloknya pemandangan dengan titik perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah. Hamparan gunung dan pepohonan Kulonprogo serta Purworejo menjadi salah satu pemandangan yang sayang untuk dilewatkan apabila kita berkunjung ke Goa Seplawan. Open stage menjadi nilai tambah bagi pengunjung yang datang setiap akhir pekan. Pengunjung akan disambut dengan penampilan musik dan wayang pada sore hari.
Pantauan di Lapangan
Berdasarkan penuturan dari pengunjung, kondisi lokasi wisata sudah baik terlihat dari segi perbaikan dari tahun ke tahun atas fasilitasnya. Akan tetapi, pengunjung mengeluhkan lahan parkir yang masih kurang luas serta pintu masuk hanya dapat dilalui maksimal oleh satu mobil berupa shuttle serta mobil pribadi. Taman bermain untuk anak pun belum terfasilitasi dengan baik karena masih ada beberapa tempat yang belum terkelola dengan baik dan masih terfokus pada pengerjaan taman dekat dengan gardu pandang.
Akses jalan dari tempat parkir menuju ke goa masih cukup licin, terutama pada saat musim hujan sehingga perlu adanya pegangan atau railing sebagai pengaman. “Saat ada hujan lebat, goa ditutup karena kami takut ada banjir di goa sekitar ±1,5 meter tingginya” tutur salah satu pekerja. Selain itu, pengunjung mengeluhkan soal penerangan di dalam goa serta tidak adanya pemandu. Persaingan diantara tempat wisata yang ada di Purworejo, membuat pengelola Goa Seplawan terus mengembangkan fasilitasnya supaya diminati orang banyak khususnya dalam kemudahan akses. Hal inilah yang mempengaruhi pembangunan jalan sebagai akses ke tempat wisata, sangat disayangkan bahwa jalan tidak hanya digunakan untuk akses wisata melainkan sebagai faktor perkembangan desa yang lebih baik.
Lalu mengapa Goa Seplawan masih sepi pengunjung? Menurut beberapa pengunjung, salah satu faktor penting yang mempengaruhi jumlah pengunjung adalah kemudahan akses jalan. Jalan sebagai salah satu infrastruktur penting penunjang keberhasilan wisata. Kondisi serta kualitas jalan menjadikan perjalanan wisata mudah maupun sulit untuk diakses. Jalan dalam kondisi baik dan memadai dapat meningkatkan jumlah pengunjung. Berada pada ketinggian 850mdpl dan punya sejarah geomorfologi Karst, menyebabkan Desa Donorejo sebagai salah satu wilayah rawan bencana longsor, dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata salah satunya akses jalan. Berdasarkan penuturan warga desa, keberadaan wisata berdampak pada perbaikan kondisi jalan. Pemerintah dinilai kurang memahami kebutuhan warga, apalagi jalan juga digunakan untuk kemudahan dalam pengangkutan hasil bumi Desa Donorejo karena sering dilintasi truk, yang mana membuat kondisi jalan jadi semakin rusak.
Terdapat tiga jalur utama menuju Goa Seplawan, masing-masing jalur memiliki kondisi jalan dan tingkat kecuraman yang berbeda, yaitu melalui Dusun Rejosari, Denansri, dan Katerban. Walaupun jalan utama menuju Goa Seplawan sudah beraspal namun karena medan yang dilewati cukup menanjak dan curam serta di samping jalan tidak ada pembatas, maka pengunjung perlu berhati-hati dan pastikan kendaraan yang dipakai dalam kondisi prima. Jalan utama tidak cukup untuk dilalui dalam dua jalur berpapasan karena jalannya tidak cukup lebar, yakni sekitar dua hingga empat meter.
Apabila pengunjung melalui jalur Dusun Rejosari, kondisi jalannya sudah cukup baik namun jalan tersebut sangat curam. Jalur lain yang melalui Dusun Denansri (Hutan Pinus Kalilo) memiliki kondisi jalan yang buruk serta banyak jalan berlubang. Jalur yang melalui Dusun Katerban (Hutan Pinus Sigendol) kondisi jalannya juga buruk namun menjadi alternatif apabila ingin mengambil rute tercepat menuju Goa Seplawan. Sepanjang perjalanan masih kurang adanya rambu-rambu, penerangan jalan, serta pembatas di pinggir jalan sehingga pengunjung harus berhati-hati apabila pulang lebih dari pukul 17.00 WIB.
Selain sebagai faktor penting dalam akses menuju tempat wisata, jalan juga dapat menjadi media promosi pariwisata, yakni jalan dengan kondisi baik memberi citra atau kesan positif bagi pengunjung karena jalan adalah keluhan yang muncul pertama kali pada saat pengunjung melakukan perjalan. Era digital sangat membantu dalam mendapatkan informasi mengenai kondisi tempat wisata. Ditinjau dari reviews Google Maps, pengunjung mengeluhkan soal kondisi jalan yang buruk dan medan yang cukup curam dan licin saat musim hujan datang.
Pentingnya keamanan, kenyamanan, dan keselamatan merupakan hal utama bagi pemerintah dalam mengembangkan sarana dan prasarana. Kondisi jalan yang baik diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan serta membuat pengunjung Goa Seplawan terus meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang didapatkan, tercatat sekitar 9.889 orang pada tahun 2016 yang mengunjungi Goa Seplawan kemudian meningkat menjadi 12.796 orang pada tahun 2017. Sempat mengalami penurunan karena perbaikan jalan menjadi 10.657 orang pada tahun 2018 kemudian meningkat kembali tahun 2019 menjadi 13.882 orang.
Strategi Pengembangan Berdasarkan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Desa Donorejo juga memiliki potensi untuk pertanian, namun minimnya infrastruktur dan sumberdaya membuat sektor tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Desa, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Jawa Tengah menyatakan dari total jumlah penduduk di Desa Donorejo hanya 1.630 penduduk yang masuk kategori sejahtera. Data tersebut menunjukkan bahwa hampir 50% lebih penduduk di Desa Donorejo masih belum sejahtera secara ekonomi dan pembangunan Desa Donorejo masih belum optimal. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode kualitatif dengan perhitungan matematis dengan membandingkan secara berpasangan antar kriteria untuk menilai strategi pengembangan dengan menggunakan ranking atau membuat prioritas. Penilaian didasarkan pada wawancara dengan perangkat desa guna memperoleh strategi pengembangan yang tepat bagi Desa Donorejo. Parameter yang digunakan antara lain pengembangan kualitas sumberdaya manusia (P1), promosi daerah (P2), pengembangan infrastruktur pendukung (P3), dan pelayanan publik (P4).
Bobot prioritas secara keseluruhan diperoleh melalui rerata penilaian bobot parameter dari tiap responden. Hasil yang diperoleh berupa nilai bobot serta peringkat prioritas dari setiap parameter. Gambar grafik menunjukkan bahwa parameter pengembangan infrastruktur pendukung menjadi prioritas utama dengan bobot sebesar 0,375 atau 37,5 % dari keseluruhan parameter. Parameter prioritas selanjutnya ialah pelayanan publik yang memiliki bobot sebesar 0,292 atau 29,2 % dari total keseluruhan bobot. Parameter yang menjadi prioritas ketiga ialah promosi daerah dengan bobot 0,204 atau 20,4% dari total parameter. Adapun pengembangan sumberdaya manusia menjadi parameter prioritas terakhir dengan bobot rerata 0,129 atau 12,9% dari total parameter.
Pengembangan infrastruktur pendukung menjadi parameter utama pada pengembangan Desa Donorejo. Salah satu strategi kebijakan yang dapat dilakukan ialah dengan menyediakan dan memelihara infrastruktur fisik. Infrastruktur utama yang dapat dikembangkan ialah pemeliharaan jalan menuju lokasi pariwisata utama, yakni Goa Seplawan. Implikasi kebijakan yang dapat dilakukan dengan pengembangan infrastruktur pendukung ini diantaranya perbaikan dan pelebaran jalan, penyediaan penerangan jalan, serta pemeliharaan jalan.
Pelayanan publik merupakan faktor pengembangan yang penting pula. Dalam hal ini, pelayanan yang dimaksud ialah perizinan dan pemantapan hukum. Pelayanan publik yang baik dicirikan dengan adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan, yaitu pemerintah. Dana bagi hasil yang diterima desa terkait pendapatan wisata Goa Seplawan memunculkan polemik tersendiri dan dinilai kurang adil.
Promosi daerah melalui sosial media belum gencar dilakukan oleh Desa Donorejo untuk mendukung perekonomian. Kurang tersedianya sumberdaya manusia yang berusia muda untuk mengurus desa, menjadi salah satu kendala dalam promosi daerah, seperti kemampuan dalam penggunaan media sosial untuk ajang promosi wisata maka upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan sangat diperlukan. Keterampilan yang dilatih dapat beragam, mulai dari keterampilan yang mendukung pariwisata maupun produktivitas pertanian. Pelatihan untuk menyelenggaraan kegiatan seperti pagelaran seni atau pertunjukan wayang menjadi salah satu keterampilan yang dapat dilatih bagi para penduduk Desa Donorejo sehingga adanya kesenian tradisional dapat menarik minat pengunjung.
Penilaian Warga dan Pengunjung Serta Upaya Pihak Desa
Menurut Iskandar dalam buku “Kajian Standar Pelayanan Minimal Jalan untuk Jalan Umum Non-Tol”, pembangunan jalan yang telah dilakukan oleh pemerintah mempertimbangkan aspek aksesibilitas, mobilitas, maupun keselamatan. Jadi, walaupun jalan yang terbangun dinilai masih sangat curam, tetapi dari jalur itulah yang paling mendekati posisi ideal. Di sisi lain, muncul harapan bahwa perbaikan sebaiknya tetap perlu dilakukan di samping jalan tersebut merupakan jalan utama maupun jalan setapak menuju permukiman.
Warga desa sendiri memiliki kesadaran bahwa kondisi jalan saat ini sudah tidak begitu baik dan perlu adanya perbaikan, terlebih perbaikan jalan sudah terlampau lama. Melalui hasil wawancara dan survei yang dilakukan, masyarakat menilai masalah tersebut tak ada tindakan nyatanya. Berbagai asalan terlontar misalnya karena urusan biaya, tenaga kerja, atau birokrasi yang rumit bergantung dari pemerintah pusat, daerah, maupun kabupaten/kota.
Salah seorang warga mengatakan bahwa warga telah menyampaikan keluhan perihal kondisi jalan yang menurun kualitasnya namun, belum ada tanggapan yang berarti. Dikatakan pula bahwa suatu masalah di desa akan cepat ditanggapi jika ada akademisi yang datang dalam rangka penelitian atau Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan dipublikasikan. Melalui publikasi penelitian atau program kerja KKN itu dapat diketahui masalah serta solusi yang setidaknya dapat dilakukan serta segera ditindaki oleh pemerintah. Penuturan warga yang lain mengenai tidak terjadinya harmonisasi antara pemerintah, investor, dan warga lokal dinilai menjadi salah satu tantangan dalam pengembangan desa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung Goa Seplawan, kondisi jalan yang digunakan sebagai akses menuju Goa Seplawan memiliki kondisi yang baik. Sebanyak 65% dari responden yang diwawancara menyatakan bahwa kondisi jalan yang dilalui menuju lokasi wisata sudah baik. Hanya ada 30% yang mengatakan kurang baik dan 5% mengatakan tidak baik. Penilaian kondisi jalan tersebut merupakan akumulasi penilaian dari tiga jalan menuju Goa Seplawan yang berbeda-beda. Namun, dilihat dari hasil kunjungan secara langsung memang jalur tersebut berada pada kondisi yang baik (tidak berlubang, lebar, dan permukaan rata) dan dua jalur yang lain tidak baik (berlubang dan sulit untuk dilalui).
Penilaian kondisi jalan menurut warga dan pengunjung terdapat hasil yang berbeda disebabkan jalur yang dilintasi oleh pengunjung tidak melalui tiga jalur dalam desa secara keseluruhan, namun melintasi jalan milik desa lain serta jalur perbatasan dengan Kulon Progo. Perbaikan jalan pada tahun 2016 nyatanya belum dapat mewujudkan infrastruktur yang baik, aman, dan nyaman. Hal tersebut mengindikasikan fokus pemerintah bukan pada fasilitas sarana dan prasarana kehidupan sehari-hari masyarakat, tetapi berorientasi pada pengembangan bidang ekonomi, dalam hal ini yaitu sektor pariwisata.
Direncanakan pada tahun 2020, perangkat desa akan segera mengkomunikasikan segala permasalahan terkait perbaikan jalan kepada pemerintah hingga rencana pembukaan tempat wisata baru yang bekerjasama dengan investor. Dalam hal ini, pihak pemerintah selaku pemangku kebijakan berperan sangat penting bagi kemajuan desa, tentunya sekaligus menyongsong program Bedah Menoreh oleh Kabupaten Kulon Progo yang mana tentu berdampak pada desa-desa yang ada di Purworejo.
Rencana Baik Pemerintah
Bappeda dalam publikasinya mengenai SIINFRAJO (Sistem Informasi Infrastruktur Berbasis Geospasial Purworejo) yang mulai diluncurkan pada tahun 2019, dikatakan bahwa “Pembangunan infrastruktur mempunyai korelasi yang sangat erat dalam hal perkembangan wilayah suatu daerah. Untuk itu dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur harus didasarkan pada perencanaan pembangunan infrastruktur yang matang”. Perkataan tersebut benar adanya karena jika hanya memperkenalkan atau promosi obyek wisata tanpa disertai ketersediaan infrastruktur pendukung itu akan percuma.
Dalam buku berjudul “Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan” oleh Iwan Nugroho, dikatakan bahwa pembangunan tidak dilakukan serta merta. Melihat potensi wilayah, karakteristik pengunjung, nilai konservasi serta ketersediaan sarana fisik meliputi penginapan, jalan, pusat informasi, dan sebagainya tentu menjadi pertimbangan tersendiri apakah suatu wilayah harus dibangun dengan cepat atau dilakukan secara bertahap tentu harus diimbangi dengan evaluasi terhadap infrastruktur yang ada.
Pembangunan infrastruktur jalan serta perbaikannya merupakan upaya yang sudah cukup baik oleh pemerintah dengan menjadikan sektor wisata sebagai daya tarik pembangunan. Persoalan yang ada lebih menyangkut pada beberapa bagian jalan yang kondisinya sudah berlubang serta sempitnya jalan sehingga akses kendaraan sedikit terkendala. Maka pentingnya peran pemerintah dalam meninjau serta melakukan evaluasi terhadap infrastruktur yang ada di lingkup desa diharapkan dapat membantu perkembangan desa. Terlebih Desa Donorejo merupakan desa dengan potensi wisata alam yang menarik dan amat disayangkan apabila tidak dikelola dengan baik.