Cacar Monyet di Indonesia dan Dunia: Akankah Jadi Pandemi Juga?
Sumber: suarasurabaya.net
Penyakit cacar monyet ditemukan pertama kali pada tahun 1958 di Denmark. Dua kasus penyakit mirip cacar ditemukan pada koloni monyet yang kala itu dipelihara untuk penelitian. Oleh karena itu, penyakit mirip cacar tersebut dikenal dengan sebutan monkeypox atau cacar monyet. Sementara itu, kasus penyakit tersebut pertama kali ditemukan pada manusia pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo. Sejak itu kasus cacar monyet menyebar ke sembilan negara di Afrika Tengah dan Afrika Barat, di antaranya Kamerun, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone. Penyakit tersebut diakibatkan oleh infeksi virus dari genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae dan subfamili Chordopoxvirinae. Genus Orthopoxvirus juga mencakup virus variola (penyebab cacar), virus cacar sapi, dan virus vaccinia (dipakai untuk vaksin cacar).
Tiga dekade lebih kemudian muncul kasus cacar monyet di luar Afrika. 70 kasus cacar monyet ditemukan pada tahun 2003 di Amerika Serikat. Wabah cacar monyet dalam lingkup global mulai terjadi pada tahun 2022 ketika banyak kasus dan klaster cacar monyet dilaporkan secara bersamaan dari negara-negara nonendemik dan endemik yang secara geografis saling berjauhan. Uniknya, sebagian besar kasus berkaitan dengan riwayat perjalanan dari Eropa dan Amerika Utara, justru bukan dari Afrika.
Litbang Kemenkes RI melalui laman resminya menjelaskan bahwa virus cacar monyet dapat menular saat seseorang bersentuhan dengan virus dari hewan yang terinfeksi, orang yang terinfeksi, atau bahan yang terkontaminasi virus monkeypox. Virus cacar monyet juga dapat ditularkan melalui plasenta ibu hamil ke janin. Virus cacar monyet dapat menular dari hewan ke manusia lewat gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, atau melalui penggunaan produk yang terbuat dari hewan yang terinfeksi. Virus tersebut juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, lesi kulit, dan luka dari hewan atau orang yang terinfeksi. Penularan cacar monyet juga dapat terjadi melalui droplet pernapasan saat kontak dengan penderita secara berkepanjangan. Kontak langsung dengan bahan yang telah terkontaminasi cairan atau luka tubuh penderita cacar monyet dapat memicu penularan penyakit tersebut.
Masa inkubasi (jeda antara infeksi dengan kemunculan gejala monkeypox) sekitar 6-13 hari, tetapi juga dapat selama 5-21 hari. Kemunculan gejala penyakit berlangsung selama 2-4 minggu. Setelah itu, cacar monyet dapat sembuh sendiri jika penderita dapat melewati masa kemunculan gejala penyakit. Gejala-gejala penyakit yang muncul dimulai dengan demam 1-3 hari, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, kelelahan, lesi cacar (benjolan berisi air dan nanah), serta ruam setelah demam dimulai dari wajah sampai tubuh. Perbedaan cacar monyet dengan cacar air biasa adalah cacar monyet menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati), sedangkan cacar air tidak. Infeksi cacar monyet terjadi dalam dua tahap, yaitu invasi selama 0-5 hari (demam, nyeri otot, kekurangan energi (astenia) hebat, nyeri punggung, dan limfadenopati) serta masa erupsi kulit berupa ruam yang lebih terkonsentrasi pada wajah daripada tubuh. Jumlah lesi setiap pasien dapat bervariasi dari hanya beberapa hingga ribuan. Tingkat besar kecilnya dampak infeksi monkeypox bergantung pada tingkat paparan virus, status kesehatan pasien, dan komplikasi penyakit. Risiko kematian akibat infeksi monkeypox berdasarkan data historis dapat mencapai 0-11% di populasi umum, namun dapat menjadi lebih tinggi di kelompok anak-anak.
Sampai saat ini belum terdapat pengobatan khusus atas penyakit cacar monyet. Dilansir dari alodokter.com, walaupun cacar monyet bisa sembuh dengan sendirinya dalam rentang waktu 2-4 minggu, pengidap lebih baik dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Hal itu disebabkan oleh tetap adanya kemungkinan timbul komplikasi lainnya. Pencegahan penyakit cacar monyet secara efektif bergantung pada pembatasan kontak dengan pasien atau hewan yang terinfeksi dan membatasi paparan melalui pernapasan bagi pasien yang terinfeksi (WHO, 2018). Lalu apa yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran cacar monyet? Kemenkes R1 (2019) mengungkapkan upaya pencegahan cacar monyet yaitu:
- Menerapkan perilaku hidup sehat, seperti cuci tangan dengan air dan sabun.
- Menghindari kontak langsung dengan hewan, hewan liar lain, serta konsumsi darah dan atau daging hewan liar.
- Menghindari kontak langsung dengan atau material yang terkontaminasi orang yang terinfeksi.
- Antisipasi terhadap pelaku perjalanan yang berasal dari wilayah endemik cacar monyet.
- Menggunakan alat pelindung diri (APD) ketika menangani pasien atau binatang yang sakit.
Banyaknya negara-negara di dunia yang terkonfirmasi cacar monyet menyebabkan diterapkannya kebijakan terkait cacar monyet ini. Dilansir dari Kompas.com, WHO memantau dan mengadakan koordinasi dengan negara anggota dan mitra. Setiap negara mengoordinasikan penemuan kasus cacar monyet, intensif melakukan pelacakan kontak, penyelidikan laboratorium, manajemen klinis, serta tindakan pencegahan ataupun pengendalian infeksi.
Menanggapi kasus cacar monyet pertama di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerapkan kebijakan pada pintu masuk serta pelabuhan laut yakni melakukan sistem surveilans guna mencegah cacar monyet masuk lebih banyak lagi. Kemenkes juga sudah menyiapkan aturan baru terkait cacar monyet ini. Dikarenakan cacar monyet merupakan penyakit yang menyerang populasi, maka biaya akan ditanggung pemerintah dan dapat ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Walaupun cacar monyet belum ditetapkan sebagai pandemi, tetapi setiap negara harus melangkah secara tepat. Terutama Indonesia yang sedang bangkit dari pandemi Covid-19, jangan sampai adanya cacar monyet mengembalikan Indonesia ke kondisi seperti pandemi sebelumnya.
- Aisyah Azka Nurul Fitriyah S. dan Evlis Erliyani
Referensi
Idhom, A. M. 2022. Asal-Usul Cacar Monyet Serta Cara Penularan Monkeypox dan Gejalanya. https://tirto.id/asal-usul-cacar-monyet-serta-cara-penularan-monkeypox-dan-gejalanya-guQc diakses pada 22 Agustus 2022.
Kemenkes RI. 2019. Cacar Monyet. https://infeksiemerging.kemkes.go.id/ diakses pada 22 Agustus 2022.
Kusumawardhani, D. 2022. Cacar Monyet, Kenali Gejala dan Cara Mencegah Penyakit Ini. https://www.alodokter.com/cacar-monyet-gejala-dan-cara-mencegah-penyakit-ini diakses pada 22 Agustus 2022.
WHO. 2018. Monkeypox. https://www.who.int/news-room/factsheets/detail/monkeypox diakses pada 22 Agustus 2022.
Prihatini, Z. 2022. Cacar Monyet Ditemukan di Belasan Negara, WHO Lakukan Penyelidikan Epidemiologi https://www.kompas.com/sains/read/2022/05/23/160500723/cacar-monyet-ditemukan-di-belasan-negara-who-lakukan-penyelidikan?page=all diakses pada 22 Agustus 2022.