Dunia perkuliahan dimana kita menjadi “mahasiswa” tentunya sangat berbeda saat kita masih menjadi “siswa” , dimana kita tidak harus berada di sekolah sehari penuh, tidak menggunakan seragam, dan tidak harus membawa buku pelajaran yang sangat banyak. Kegiatan perkuliahan juga berbeda dengan sekolah yaitu selain kuliah kita dapat melakukan banyak kegiatan lain seperti mengikuti UKM, kepanitiaan, atau organisasi. Hal tersebut dilakukan karena tuntutan lapangan kerja yang sekarang mengharuskan lulusan perguruan tinggi tidak hanya memiliki indeks prestasi kumulatif yang baik, tetapi lebih mengutamakan pengalaman berorganisasi. Meskipun begitu tidak semua mahasiswa aktif dalam berorganisasi, sehingga menciptakan suatu istilah kupu-kupu (kuliah pulang) untuk menggambarkan mahasiswa yang tidak berorganisasi dan kura-kura (kuliah rapat) untuk mahasiswa yang berorganisasi.

Rutinitas Rapat Organisasi 

Mahasiswa yang aktif berorganisasi tentunya tidak berbeda dengan yang tidak berorganisasi, tidak ada yang lebih buruk dan tidak ada yang lebih baik, melainkan keduanya sama-sama baik. Mahasiswa yang tidak berorganisasi pasti memiliki alasannya tersendiri kenapa dia tidak mengikuti organisasi, oleh karenanya mahasiswa yang aktif berorganisasi tidak seharusnya melakukan pemaksaan atau bahkan “pembullyan” terhadap mahasiswa yang tida berorganisasi tersebut.

“Kita semua hidup di bawah langit yang sama, tetapi tidak semuanya memiliki horizon yang sama.” -Konrad Adenauer

Seseorang yang mengikuti organisasi umumnya bertujuan untuk mencari pengalaman bekerja sebagai tim, membuka pikirannya untuk berpikir kritis, dan belajar menghargai teman dalam satu tim tersebut. Sehingga semisal terdapat kasus pembullyan terhadap mahasiswa yang tidak berorganisasi tersebut tentu hal tersebut merupakan tindakan yang sangat salah. Tindakan seperti itu tidak menggambarkan seseorang yang aktif dalam berorganisasi, karena kalau memang benar dia aktif berorganisasi maka dia seharusnya dapat menghargai pendapat orang lain yaitu dalam hal ini tidak mengikuti organisasi, bisa saja dalam kasus ini mahasiswa yang ter-“bully” lebih baik dari pada mahasiswa yang mengaku aktif berorganisasi, karena dia memiliki kesabaran yang lebih dan lebih dapat menghargai pendapat mahasiswa “aktif organisasi” terhadap dirinya.

Lebih memilih pulang setelah kelas selesai via mojok.co

Sukses tidak didapatkan hanya dengan ikut berorganisasi, walaupun organisasi merupakan wadah yang baik untuk mengembangkan soft skill yang merupakan salah satu kunci sukses. Kunci sukses terdapat pada soft skill bukan terdapat pada sekedar ikut berorganisasi. Seseorang ikut berorganisasi tetapi tidak mengambil pelajaran selama ikut organisasi tersebut, hanya ikut-ikutan, tidak dapat bekerja sama dengan baik dan menganggap dirinya lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa lain yang tidak berorganisasi tentu pengalaman berorganisasinya tidak akan berguna bagi masa depannya, berbeda dengan seseorang yang aktif berorganisasi tetapi jujur, bekerja sama dengan baik di dalam timnya, menghargai pendapat orang lain, dan sikap baik yang dapat dilakukan dalam berorganisasi. Tidak ikut berorganisasi tentunya tidak menghalangi seseorang mendapatkan kesukesan di masa depannya, mahasiswa yang tidak ikut beroraganisasi ini mungkin justru memiliki softskill yang lebih baik melalui pertemanannya dan hal lainnya.

Softskill dapat dikembangkan mulai dari hal yang paling kecil dan sederhana seperti kejujuran saat ujian, kedisiplinan saat berangkat kuliah , mengumpulkan tugas dan …..

Softskill dapat dikembangkan tidak hanya dengan ikut berorganisasi, masih banyak wadah lain untuk mengembangkannya, orang yang menganggap berorganisasi merupakan jalan satu-satunya untuk mengembangkan softskillnya tentu sangat salah. Softskill dapat dikembangkan dengan hal kecil seperti kejujuran saat ujian, kedisiplinan saat berangkat kuliah dan mengumpulkan tugas dan lainnya, contoh tokoh yang sukses walau tidak berpendidikan tinggi dan mengandalkan softskill yaitu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, yang beliau bahkan hanya lulusan sekolah menengah atas. Kesimpulannya penulis berpendapat tidak ada yang lebih baik dari “kuliah pulang” atau “kuliah rapat”, yang lebih baik adalah orang yang dapat menghargai pendapat orang lain dan yang lebih buruk adalah orang yang merendahkan orang lain.

Penulis : Raka Adi Bagaskara (Geografi Lingkungan 2018)

Editor :  TIm Media Informasi Jaringan EGSA


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.