Diskusi Internal (DISIN) #2 : “Pro-Kontra Pembangunan Bendungan Bener dan turunannya di Desa Wadas
Pembangunan Bendungan Bener Purworejo, Jawa Tengah menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN). Proyek Strategis Nasional merupakan proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun daerah atau badan usaha yang bersifat strategis guna pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dengan harapan terjadi peningkatan kesejahteraan serta penambahan lapangan kerja. Proyek ini dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat (selanjutnya disingkat PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBSW) Serayu Opak Ditjen Sumber Daya Air (Anggraini, 2022). Secara umum, Bendungan Bener bertujuan untuk memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dalam cakupan multisektoral. Berdasarkan lokasi pembangunan Bendungan Bener berada di wilayah Kabupaten Purworejo dan Wonosobo.
Bendungan Bener direncanakan menjadi bendungan tertinggi pertama di Indonesia dan kedua di Asia Tenggara dengan ketinggian mencapai 150 meter dan kapasitas tampung sebesar 100.94 m³ (Anasari dan Harsono, 2023). Bendungan ini direncanakan sebagai pemasok kebutuhan air irigasi pertanian dengan luas lahan pertanian yang mencakup 15.000 ha di bagian hilir. Apabila pasokan air stabil maka dapat meningkatkan kesejahteraan pertanian dan memastikan kebutuhan pangan.
Proyek pembangunan Bendungan Bener mampu memicu pembangunan infrastruktur tambahan di daerah sekitar seperti peningkatkan kualitas fasilitas umum dan jalan. Akibatnya, aksesibilitas berpotensi semakin mudah guna mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu, pasokan listrik dapat menjadi lebih stabil dengan adanya PLTA baru bagi masyarakat Purworejo sebesar 6 Mega Watt sekaligus mengurangi resiko banjir di wilayah hilir dengan nilai reduksi banjir 8,73 juta m³ (Mandela dan Kusuma, 2024).
Pembangunan bendungan bener dirancang dengan memperhatikan aspek estetika dapat dimanfaatkan untuk sektor pariwasita lokal. Peningkatan pendapatan masyarakat daerah Wonosobo dan Kebumen dapat menjadi potensi baru dengan destinasi pariwisata dari Bendungan Bener yang baru. Selain itu, daya tampung yang besar dari Bendungan Bener menunjukan hubungan kausal antara sektor pariwisata dengan pembangunan PSN lainnya, seperti Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) dan salah satu dari Lokasi Destinasi Super Prioritas (LDSP) yaitu Candi Borobudur (Inayah dkk, 2023). Peningkatan wisatawan pada tempat tertentu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi harapan pemerintah sehingga pemerintah menciptakan konsep pembangunan aerotropolis city. Aetrotropolis city merupakan konsep pembangunan yang terintegrasi untuk merespon kebutuhan ekonomi baru dalam hal konektivitas, kecepatan, dan kelincahan seperti pembangunan bandar udara yang berguna untuk meningkatkan aksesibilitas bandara dengan berbagai pusat pertumbuhan kota, merencanakan pembangunan pada tiap koridornya, sehingga menghasilkan integrasi yang tertata, efisien, dan efektif untuk memberikan manfaat (Akil dan iksan, 2019). Pemerintah secara langsung merespon dengan Pembangunan Bandara Yogyakarta International Airport dengan kapasitas yang menampung 10x dari kapasitas Bandara Adi Sucipto. Melalui besarnya kapasitas ini maka diperlukan pengairan yang besar untuk kelancaran operasional bandara. Bendungan Bener diklaim mampu mendukung kebutuhan air dari bandara dan aetropolis city.
Sisi lain dari pembangunan Bendungan Bener adalah material utama pembangunan Bendungan Bener berupa batu andesit. Batu ini dimanfaatkan sebagai material berbagai macam keperluan terutama untuk kebutuhan konstruksi bangunan (Nursalim, 2022). Material batu andesit nantinya diambil melalui kegiatan pertambangan di Desa Wadas, Kecamatan Bener. Pertambangan yang dilakukan di Desa Wadas menimbulkan kontra dikalangan masyarakat sehingga muncul penolakan dikalangan masyarakat. Penolakan masyarakat diakibatkan oleh anggapan jika penambangan batuan andesit yang akan digunakan untuk material bangunan bendungan dapat memberikan banyak masalah untuk kelangsungan hidup mereka.
Permasalahan yang dikhawatirkan masyarakat Desa Wadas yaitu pertambangan ini dapat merusak 28 titik sumber mata air di Desa mereka, mata air yang rusak berarti turut merusak lahan pertanian mereka, yang selanjutnya masyarakat akan kehilangan mata pencaharian (Mandela, 2024). Selain itu ditinjau dari segi topografi, kemiringan lereng di Purworejo yang mencapai 3-15% yang berarti daerah ini berpotensi terjadi longsor dan kegiatan penambangan batu andesit mendukung terjadinya ancaman bencana longsor dari wilayah terkait. Menurut berbagai pemberitaan yang termuat di media sosial kekhawatiran masyarakat terus terjadi dari tahun 2013 dan mencapai puncak pada Februari 2022 isu wadas ini menjadi isu nasional. Pelibatan dan penyuluhan masyarakat perlu gencar dilakukan.
Pembangunan Bendungan Bener yang menjadi proyek besar karena merupakan Proyek Strategis Nasional memiliki implikasi yang tinggi bagi masyarakat. Pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait memerlukan pertimbangan yang matang dari segala aspek baik dari segi dampak negatif maupun dampak positif. Solusi Berkelanjutan dapat diterapkan dengan pendekatan yang bersifat dialog dengan masyarakat dan komunikasi secara jelas dan aktif terkait penambangan dan pembangunan dapat meminimalkan kesalahan penerimaan informasi terhadap masyarakat.
Daftar Pustaka
Anasari, L., & Harsono, D. (2023). Dinamika Konflik Pembangunan Bendungan Bener Di Desa Wadas Kabupaten Purworejo. Journal of Public Policy and Administration Research, 8(4), 17.
Anggraeni, R. M. (2022). Konflik Agraria Pembangunan Bendungan Bener Purworejo: Perspektif Yuridis Normatif. El-Dusturie, 1(1).
Akil, A., & Ihsan, I. (2019). Potensi Penerapan Konsep Aerotropolis pada Kawasan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Jurnal Wilayah & Kota Maritim (Journal of Regional and Maritime City Studies), 7(2).
Inayah, P., Fauzi, A. K., & Aveyory, I. Y. (2023). Analisis Pembangunan Bendungan Bener Dalam Perspektif Hak Menguasai Negara Studi Kasus Putusan Nomor: 68/G/PU/21/PTUN. SMG. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9(12), 397-406.
Nursalim, N., & Riyono, S. (2022). Analisis Perlawanan Perempuan Terhadap Kebijakan Pemerintah dalam Penambangan Batu Andesit di Desa Wadas. Mimbar Administrasi, 19(1), 32-49.
Mandela, M. F. M. (2024). Konflik Negara dan Masyarakat: Isu Wadas dalam Prespektif Politik Kewargaan. Politeia: Jurnal Ilmu Politik, 16(1), 30-37.
0 Comments