EnviTalk 2024: Perdagangan Karbon dalam Tuntutan Masa Depan Berkelanjutan
Sabtu, 23 November 2024, Divisi Pengabdian Lingkungan dan Masyarakat Environmental Geography Student Association (EGSA) sukses menggelar salah satu program kerja unggulannya, yaitu EnviTalk 2024. Pada tahun ini, program kerja yang dilaksanakan secara daring pada platform Zoom Meetings tersebut mengusung tema “Carbon Trade: Could Carbon Trade be The Key to Reaching a Sustainable Future?” Topik ini relevan mengingat perdagangan karbon kini menjadi salah satu isu strategis dalam upaya global menghadapi tantangan perubahan iklim. Kegiatan ini tidak hanya menarik minat mahasiswa UGM sebagai penyelenggara, tetapi juga audiens dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta dan masyarakat umum yang memiliki perhatian khusus terhadap isu lingkungan.
Tepat pukul 09.00 WIB, EnviTalk 2024 dibuka dengan sapaan ramah dari MC, Fauzika Indria Paramita. Suasana berhasil dicairkan dan pengantar menarik tentang pentingnya isu yang akan dibahas dapat tersampaikan. Acara diawali dengan sambutan dari Ketua EGSA, Syafira Danela Alifiah. Ia menyampaikan apresiasi atas partisipasi seluruh pihak, serta harapan agar program kerja ini mampu memberi sudut pandang baru terhadap isu karbon. Berikutnya, dipersilakan Dr. Emilya Nurjani, S.Si., M.Si. selaku Kepala Program Studi Geografi Lingkungan untuk turut memberikan sambutan. Beliau menyambut audiens secara terbuka dan berharap penuh terhadap kelangsungan EnviTalk 2024 yang diwadahi oleh Prodi Geografi Lingkungan. Harapannya, audiens dapat membawa rasa mawas diri terhadap isu iklim dan lingkungan setelah acara berakhir.
Menuju inti acara, moderator Jasmine Nugraheni masuk menggantikan MC dan memandu jalannya diskusi. Moderator memperkenalkan dua pembicara EnviTalk 2024 yang kompeten di bidangnya, yakni Franky Acil Zamzani, S.Hut., M.Env. dan Dr. Mukhamad Ngainul Malawani, S.Si., M.Sc.. Pembicara pertama, Franky Acil Zamzani, S.Hut., M.Env., saat ini menjabat sebagai Kepala Subdirektorat Pemantauan Pelaksanaan Mitigasi Perubahan Iklim di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dengan pengalaman lebih dari satu dekade di bidang kehutanan, beliau diakui secara internasional melalui sertifikasi profesional, publikasi ilmiah, serta berbagai penghargaan bergengsi. Pembicara kedua, Dr. Mukhamad Ngainul Malawani, S.Si., M.Sc., merupakan dosen di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada yang aktif dalam banyak publikasi terindeks SCOPUS, menjadi ketua tim penelitian, pengabdian masyarakat, serta telah menerbitkan beberapa buku yang dilindungi Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Poster EnviTalk 2024
Sebagai pembicara pertama, Pak Franky menjelaskan secara mendalam tentang bagaimana Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan ekosistem yang kaya, sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Beliau memaparkan bahwa fenomena seperti kenaikan suhu global, peningkatan muka air laut, dan gangguan terhadap keseimbangan ekosistem memiliki konsekuensi serius, termasuk kelangkaan sumber daya air serta ancaman kesehatan masyarakat. Dalam menghadapi tantangan ini, Indonesia memiliki komitmen besar untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29-41% pada tahun 2030 melalui Nationally Determined Contributions (NDC).
Pak Franky juga menjelaskan bahwa salah satu mekanisme kunci dalam mencapai target tersebut adalah perdagangan karbon. Skema ini menjelaskan bahwa wilayah atau perusahaan yang mampu menurunkan emisi di bawah baseline memiliki kesempatan untuk menjual kelebihannya kepada pihak lain yang belum mencapai target. Sertifikat karbon menjadi bukti upaya mitigasi, sekaligus alat untuk mendorong tata kelola yang lebih transparan dan kolaboratif. Beliau menekankan pentingnya peta jalan strategis dan skenario mitigasi yang terencana agar mekanisme Nilai Ekonomi Karbon ini dapat berjalan efektif.
Pemaparan Pembicara 1: Franky Acil Zamzani, S.Hut., M.Env.
Sementara itu, Pak Alwan sebagai pembicara kedua membawa perspektif berbeda dengan fokus pada hubungan perdagangan karbon dan ekosistem. Beliau memperkenalkan istilah-istilah kunci seperti carbon flux, carbon pool, dan carbon sequestration yang merupakan konsep penting dalam memahami pergerakan karbon di berbagai ekosistem. Mengacu dari pengumpulan data beliau, hutan Indonesia yang seharusnya menjadi carbon sink atau penyerap karbon saat ini justru berfungsi sebagai carbon source atau penghasil karbon akibat deforestasi dan degradasi.
Lebih lanjut, Pak Alwan menguraikan pentingnya strategi berbasis ekosistem untuk meningkatkan kapasitas penyerapan karbon di tanah, atmosfer, hingga lautan. Dengan pendekatan menyeluruh, Indonesia tidak hanya dapat memperbaiki fungsi ekosistemnya, tetapi juga meningkatkan peluang dalam perdagangan karbon global. Beliau menekankan bahwa kolaborasi lintas sektor, sangat penting untuk memastikan keberlanjutan langkah-langkah mitigasi ini. Kolaborasi sektor yang dimaksud termasuk pula bagi masyarakat lokal.
Pemaparan Pembicara 2: Dr. Mukhamad Ngainul Malawani, S.Si., M.Sc.
Sejatinya, terdapat benang merah yang dapat ditarik dari pemaparan kedua pembicara. Hal tersebut disampaikan oleh moderator. Diskusi diakhiri dengan garis bawah bahwa perdagangan karbon adalah salah satu inovasi yang tidak hanya bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca tetapi juga mendukung pembangunan berkelanjutan. Melalui mekanisme perdagangan karbon, Indonesia dapat memanfaatkan potensi ekosistemnya secara optimal. Potensi tersebut juga mendorong penerapan energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, dan teknologi hijau lainnya. Moderator menekankan bahwa kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat luas sangat diperlukan untuk memastikan keberhasilan mekanisme ini.
EnviTalk 2024 belum usai sampai disini. Sesi tanya jawab menjadi salah satu bagian paling menarik dalam acara ini. Peserta menanyakan isu-isu penting seperti perbedaan antara blue carbon (karbon dari laut) dan green carbon (karbon dari hutan), tantangan implementasi perdagangan karbon di Indonesia, serta dampaknya terhadap harga barang. Kedua pembicara menjawab dengan sungguh, menjelaskan bahwa perdagangan karbon dapat memengaruhi harga produk tertentu, seperti tiket pesawat. Namun, jika dipandang menurut pertumbuhan ekonomi yang inklusif, tentunya kenaikan harga komoditas dan jasa juga mampu menjadi pendorong inovasi dan keberlanjutan.
Kesimpulan Pembicara 1 dan Pembicara 2
Setelah sesi tanya jawab, diadakan pula kuis berhadiah melalui platform Quizizz. Kuis diadakan dengan soal-soal yang berdasar pada papapran materi kedua pembicara. Suasana semakin seru dengan antusiasme peserta yang berlomba-lomba menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat. Dua orang audiens, Meru Sigit Estiono dan Aina Ainul Masruroh, menjadi pemenang dalam kuis ini. Masing-masing dari mereka mendapatkan hadiah uang tunai sebagai apresiasi atas jawaban benar terbanyak dan skor tertinggi pada peringkat yang ada dalam kuis. Sebagai penutup, acara diakhiri dengan sesi foto bersama yang dipandu oleh MC.
Sesi Foto Bersama
Panitia EnviTalk 2024
EnviTalk 2024 menjadi bukti nyata bahwa diskusi tentang perdagangan karbon tidak hanya relevan pada situasi saat ini, tetapi juga mendesak untuk segera diimplementasikan. Melalui EnviTalk 2024, harapan tercurah terhadap lebih banyaknya pihak yang berkenan bekerja sama dan menyadari urgensi dari kolaborasi mengatasi permasalahan perubahan iklim. Dengan dukungan penuh dari seluruh elemen masyarakat, langkah-langkah mitigasi yang dilakukan hari ini dapat menjadi fondasi kuat bagi masa depan yang lebih berkelanjutan.
Sampai jumpa di program kerja EGSA berikutnya!
0 Comments