Pandemi Covid-19 yang tengah berlangsung sejak awal tahun 2019 menyebabkan banyak perubahan pola hidup manusia, salah satunya dalam hal interaksi sosial. Banyaknya kebijakan yang diterapkan untuk membatasi mobilitas dan interaksi antar manusia untuk mengurangi persebaran virus berkorelasi dengan banyaknya kasus seseorang yang kesulitan beradaptasi dan bersosialisasi di kehidupan nyata. Istilah manusia merupakan makhluk sosial tentunya tidak terlepas dari adanya interaksi antar manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Pembatasan hak berinteraksi dan bersosialisasi selama pandemi merupakan hal yang bertentangan dengan fitrah manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lainnya. Hal ini menunjukkan perlu adanya solusi terkait perubahan pola interaksi sosial selama pandemi sehingga setiap individu dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan individu lain sebagaimana mestinya. Win-win solution yang bisa dicoba adalah dengan memanfaatkan metaverse. Dengan memanfaatkan metaverse seseorang tetap bisa melakukan aktivitasnya serta tidak meningkatkan angka persebaran virus karena interaksi tersebut dilakukan secara virtual.

Sejak terbitnya novel Snow Crash karya Neal Stephson pada tahun 1992 munculah istilah metaverse untuk pertama kali di dunia. Dikutip dari Kompas metaverse merupakan suatu teknologi augmented reality (AR) yang memungkinkan individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya secara virtual. Sebenarnya metaverse bukan merupakan teknologi yang baru hadir di kehidupan kita, melainkan sudah ada sejak lama. Perubahan nama perusahaan raksasa di bidang teknologi yaitu Facebook menjadi Meta pada tahun 2021 menjadikan metaverse semakin banyak diperbincangkan oleh khalayak umum. 

Terdapat delapan aspek yang menjadi dasar dari pembentukan metaverse, yaitu hardware, networking, compute, virtual platforms, interchange tools and standards, payment, metaverse service, content and assets, dan user behaviours (Ball, 2021). Kedelapan aspek tersebut pada akhirnya yang akan menentukan keberhasilan megaproyek ini di masa yang akan datang. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya teknologi dan informasi di masa depan akan mempercepat proses pengembangan dan pemutakhiran dari teknologi ini sehingga bisa segera diluncurkan dan dimanfaatkan oleh khalayak umum.

Sebenarnya proyek pengembangan metaverse sudah diaplikasikan ke dalam dunia game sejak beberapa tahun terakhir. Namun, dengan adanya pandemi Covid-19 menyebabkan banyak perusahaan teknologi raksasa yang berlomba-lomba untuk mengembangkan metaverse seperti yang diinginkan oleh konsumen. CEO dan pendiri Facebook menyatakan bahwa butuh waktu 10—15 tahun untuk mengembangkan metaverse agar sesuai ekpektasi banyak orang.

Kemungkinan terjadinya distorsi pada pola kehidupan manusia sebelum dan sesudah metaverse muncul akan sangat mungkin terjadi. Banyak ahli yang berpendapat bahwa kemunculan metaverse akan berdampak buruk bagi kehidupan manusia salah satunya Louis Rosenberg. Louis Rosenberg merupakan ilmuwan pertama yang mengembangkan sistem augmented reality (AR) pertama kali di dunia pada tahun 1992. Dia menyatakan bahwa kehadiran metaverse akan mengubah rasa realitas kita dengan mengacuhkan batasan-batasan dalam pikiran kita serta mendistorsi cara kita dalam menafsirkan suatu hal dari realitas menjadi maya di kehidupan sehari hari seperti yang diungkapkan dalam artikel Rosenberd di Big Think pada November 2021. 

Oleh karena itu, penting bagi kita dalam menyikapi kehadiran metaverse dari sudut pandang positif sehingga kita bisa memanfaatkannya yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu hal yang bermanfaat bagi kita dari berbagai aspek kehidupan. Salah satu dampak positif dari kehadiran metaverse adalah meningkatkan produktivitas manusia. Hadirnya metaverse mendorong manusia untuk berinteraksi secara virtual dalam hal pekerjaan maupun lainnya sehingga sangat sesuai bagi kita yang memiliki keterbatasan dalam hal berinteraksi secara langsung dengan orang lain. Selain itu, metaverse dapat menjadi solusi dari adanya perubahan pola kehidupan manusia yang lebih nyaman berinteraksi secara virtual akibat pandemi sehingga mereka tetap dapat produktif kendati aktivitasnya dilakukan secara virtual.

Walaupun saat ini kehadiran metaverse belum dapat kita rasakan secara penuh karena masih perlu pengembangan yang lebih lanjut. Kita harus mulai menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan informasi sehingga kita tetap dapat produktif karena mampu melakukan aktivitas secara konvensional yaitu secara langsung yaitu di dunia nyata atau secara kontemporer yaitu secara virtual.

  • Rizal Aulia Rahman

Daftar Pustaka:

Ball, Matthew. 2021. “Framework for the Metaverse”. MatthewBall.vc.

https://tekno.kompas.com/read/2022/02/15/10310027/apa-itu-metaverse-dan-apa-saja-yang-bisa-dilakukan-?page=all, diakses pada Jumat, 18 Agustus 2022, pukul 16.00 WIB.

 

https://dailysocial.id/post/memahami-metaverse-dan-seluk-beluknya-dengan-cara-sederhana diakses pada Jumat, 18 Agustus 2022, pukul 16.05 WIB.

 

https://www.kompasiana.com/nor80126/61fb5b2bb4616e01e2439834/metaverse-dan-akselerasi-kehidupan-masyarakat-indonesia-mungkinkah diakses pada Jumat, 18 Agustus 2022, pukul 16.10 WIB.

 

https://www.kompasiana.com/nor80126/61fb5b2bb4616e01e2439834/metaverse-dan-akselerasi-kehidupan-masyarakat-indonesia-mungkinkah?page=all#section4 diakses pada Jumat, 18 Agustus 2022, pukul 16.15 WIB.

 

https://bigthink.com/the-future/metaverse-augmented-reality-danger/ diakses pada Jumat, 18 Agustus 2022, pukul 16.20 WIB.

 

https://www.balairungpress.com/2021/12/metaverse-menuju-manusia-virtual-dan-distopia-teknologi/ diakses pada Jumat, 18 Agustus 2022, pukul 16.25 WIB.

 

https://www.kompas.com/tren/read/2021/11/30/210802665/metaverse-saat-manusia-kelak-tak-mampu-menghadapi-kenyataan?page=all diakses pada Jumat, 18 Agustus 2022, pukul 16.30 WIB.

 


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.