Sebagai negara agraris, pertanian tentu menjadi salah satu sektor yang paling penting dan menjanjikan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Iklim yang cocok dan berpengaruh terhadap kesuburan tanah menjadi faktor yang mendukung pertanian di Indonesia. Namun, keadaan yang saat ini terjadi adalah, biaya beras nasional justru lebih mahal dibandingkan negara lain. Padahal Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dengan tingkat produsen dan konsumen beras terbesar setelah Cina (Sanny, 2010). Hal tersebut tentu tidak selaras dengan jargon Indonesia adalah negara agraris yang seharusnya memiliki produktivitas padi yang tinggi dan seharusnya biaya beras juga lebih murah.
Dilansir dari laman Republika (2021), Rektor IPB, Arif Satria mengatakan bahwa produktivitas beras di Indonesia berada di kisaran 5,13—5,24 ton per hektar, berada di bawah Vietnam. Namun, tingginya angka produktivitas beras di Indonesia tidak menjadikan biaya beras nasional menjadi lebih murah, malah sebaliknya. Salah satu penyebabnya adalah biaya produksi. Biaya produksi pertanian di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara lain. Hal tersebut membuat pertanian di Indonesia tidak efisien.

Gambar 1.1. Grafik Biaya Produksi Padi di Indonesia

Sumber: databoks

Berdasarkan grafik batang di atas, dapat terlihat bahwa sewa tanah dan biaya buruh menjadi faktor tertinggi dalam biaya produksi pertanian di Indonesia. Harga sewa lahan menjadi faktor paling dominan terhadap produktivitas padi di Indonesia (Leimona dkk, 2015). Hal tersebut bisa kita lihat dari bagaimana penguasaan lahan pertanian di Indonesia itu sendiri. Rusli Abdullah, pengamat pangan dari INDEF dalam Kompas (2021), menuturkan bahwa sebagian besar petani di Indonesia adalah petani gurem, yaitu petani yang memiliki atau menyewa lahan pertanian kurang dari 0,5 hektare. Dimulai dari masalah penguasaan lahan inilah turun menjadi masalah teknologi, regenerasi petani, gap knowledge, tingginya ongkos produksi hingga rendahnya pendapatan petani. Rendahnya pendapatan petani berpengaruh terhadap regenerasi petani itu sendiri. Stigma masyarakat bahwa petani itu “miskin” membuat beberapa anak muda tidak berminat dalam bertani. Sehingga supply dan demand sangat bertolak belakang dimana supply petani berkurang, tetapi demand terhadap hasil pertanian sangat tinggi. Hal tersebut membuat biaya buruh malah menjadi mahal. Jika kita melihat negara Asia lain yang sama mengonsumsi beras dalam jumlah yang besar, seperti Vietnam, Jepang, Korea, semuanya tidak terlepas dari renovasi dan redevelopment terkait struktur penguasaan lahan yang timpang (Sanny, 2010).

Beberapa faktor lain yang masih berkaitan terkait produktivitas padi di Indonesia adalah sosiologi pedesaan di Indonesia. Petani dan orang-orang yang memiliki lahan sawah, biasanya akan mewariskan lahan mereka kepada anak-anak mereka secara merata. Jika hal tersebut tersebut berlanjut ke keturunan sesudahnya, lahannya akan semakin menyempit dan habis. Jika lahan sudah sempit hingga habis tidak akan mungkin untuk ditanami tanaman. Hal tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi biaya produksi. Padahal, pertanian akan menjadi sektor yang menjanjikan apabila luas lahan bisa tertutupi dengan ongkos-ongkos pertanian.

Pandemi saat ini juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, sektor pertanian justru malah menjadi salah satu sektor yang menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi di masa pandemi ini. Menurut Syahrul yang dilansir dalam Antara (2020), sektor pertanian dapat tumbuh sekitar 16% di masa pandemic Covid-19 ini. Hal tersebut disebabkan produk pertanian sangat dibutuhkan oleh masyarakat tak terkecuali di masa saat ini. Namun, berbeda dengan dampak terhadap sektor pertaniannya, petani justru malah merugi di masa pandemi ini. Beberapa imbas yang dirasakan oleh petani di masa pandemi saat ini disebabkan oleh harga pasar dan daya beli masyarakat, pandemi Covid-19 mempengaruhi beberapa aturan yang berlaku di masyarakat salah satunya terkait pembatasan sosial. Dengan begitu, masyarakat akan kesulitan dalam memperoleh kebutuhan mereka sehari-hari. Hal tersebut akan mempengaruhi supply dan demand dari barang dan jasa serta kemungkinan harga pasar yang meningkat, tetapi daya beli berkurang. Selain itu, rantai pasokan yang melambat dan berkurang juga berpengaruh terhadap produktivitas petani. Pembatasan social tentu mempengaruhi mobilitas dalam rantai pasokan produk pertanian. Hal tersebut akan mengganggu penyaluran logistik pertanian.

Apabila ditelisik ulang, memang sebenarnya masalah pertanian di Indonesia sangatlah pelik. Bahkan, faktor di atas bisa dibilang belum bisa menjadi jawaban yang paten mengenai alasan biaya beras nasional mahal dan biaya bertani di Indonesia yang mahal. Ada beberapa alasan lain seperti reforma agraria, biaya pupuk, ongkos pengerjaan, faktor ekspor-impor, dan lain sebagainya yang perlu dikaji juga. 
Penulis:

Beta Lavenda K.

Daftar Pustaka

Databoks. 2017. Mengapa Biaya Produksi Padi Indonesia Mahal?di   https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/07/27/mengapa-biaya-produksi-padi-  indonesia-mahal# diakses pada 4 Juli 2021

Febrianto, Viki. 2020. Mentan Sebut Sektor Pertanian Mampu Tumbuh di Tengah Pandemi Covid 19 di https://www.antaranews.com/berita/1705402/mentan-sebut-sektor-pertanian-mampu-tumbuh-di-tengah-pandemi-covid-19 diakses pada 11 Juli 2021

Leimona B, Amaruzaman S, Arifin B, Yasmin F, Hasan F, Agusta H, Sprang P, Jaffee, Frias J.             2015. Indonesia’s ’Green Agriculture’ Strategies and Policies: Closing the gap between     aspirations and application. Occasional Paper 23. Nairobi: World Agroforestry Centre.

Sanny, Lim. 2010. Analisis Produksi Beras Di Indonesia. Binus Business Review Vol.1 (1): 245-251

Uly, Yohanna. 2021. Ini Penyyebabnya Harga Beras Indonesia Lebih Mahal di         https://money.kompas.com/read/2021/02/17/200200826/ini-penyebab-harga-beras-indonesia-lebih-mahal-dari-negara-lain?page=all diakses pada 4 Juli 2021

Yolandha, Friska. 2021. Rektor IPB: Produksi Beras RI Lebih Mahal dari Negara Lain di         https://www.republika.co.id/berita/qoo9yf370/rektor-ipb-produksi-beras-ri-lebih-mahal-      dari-negara-lain diakses pada 4 Juli 2021


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.