Bumi telah Mendidih, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Dibuat oleh:

Marcelinus Pascalis Budi Setyawan

Rey Pingkan Pradita

 

      Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres mengutarakan pernyataan pada tanggal 27 Juli 2023 bahwa berdasarkan data resmi yang diberikan oleh World Meteorological Organization dan European Commission’s Copernicus Climate Change Service, Bulan Juli 2023 merupakan bulan terpanas yang pernah tercatatkan dalam sejarah kehidupan manusia. Berdasarkan data tersebut, bulan Juli telah merekor periode tiga minggu terpanas yang pernah tercatat; tiga hari terpanas; dan suhu laut tertinggi sepanjang tahun 2023. Melalui data ini, Sekjen PBB menyerukan bahwa era pemanasan global telah berakhir dan era mendidih global telah tiba.

 

Apa itu Global Warming?

Global Warming atau pemanasan global merupakan suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem yang terjadi di bumi, yang diakibatkan oleh adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer dan permukaan bumi. Pemanasan global terjadi akibat adanya peningkatan emisi gas rumah kaca, seperti karbondioksida (CO2) metana (CH4) nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO2) dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas rumah kaca ini mengakibatkan pancaran panas matahari yang telah dipantulkan oleh permukaan bumi dalam bentuk sinar infra merah terperangkap di dalam atmosfer bumi, menyebabkan suhu atmosfer bumi yang semakin panas (Riyanto, 2007). Aktivitas yang menyebabkan peningkatan gas rumah kaca diantaranya adalah penggunaan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak bumi, kegiatan industri yang menghasilkan bahan baku, pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan dalam sektor pertanian, juga penggunaan batubara sebagai bahan pembangkit listrik yang melepaskan gas rumah kaca berupa CH4 ke udara (Suwedi, 2005).

Skema Efek Gas Rumah Kaca
Sumber: https://world101.cfr.org/global-era-issues/climate-change/greenhouse-effect

 

Mengapa Bumi telah melewati masa Global Warming

        Suhu Bumi tercatat terus menerus mengalami peningkatan yang menyebabkan saat ini Bumi tidak lagi sekedar dalam masa Global Warming, melainkan telah mengarah menuju masa Global Boiling. Hal ini didukung dengan data bahwa pada Juli 2023 ini, suhu rata-rata global meraih rekor tertinggi dan menjadi bulan terpanas sepanjang sejarah manusia hidup di muka bumi. Rata-rata suhu permukaan yang telah tercatat oleh World Meteorological Organization (WMO) menunjukkan bahwa selama 23 hari pertama Juli 2023 mencapai 16,95oC, berbeda jauh dengan catatan suhu terpanas yang tercatat pada Juli 2019 sebesar 16,63oC.

        Kenaikan suhu yang signifikan ini menyebabkan berbagai macam implikasi yang dirasakan di berbagai tempat di seluruh dunia, diantaranya adalah munculnya gelombang panas di sebagian besar Amerika Utara, Asia, dan Eropa. Kejadian ini diikuti dengan fenomena kebakaran hutan yang melanda berbagai negara, diantaranya Yunani, Italia, dan Kanada. Data dari WMO juga menyatakan bahwa catatan suhu harian terpanas terjadi di Perancis, Spanyol, Aljazair, dan Tunisia. Daerah Figueres di Spanyol mencatatkan rekor suhu sebesar 45,4oC, sedangkan daerah Aljazair dan Tunisia mencatatkan suhu tertingginya masing-masing sebesar 48,7oC dan 49oC.

Peringkat 30 besar hari yang mencatat suhu tertinggi secara global menurut data ERA5
Sumber: C3S/ECMWF

 

Perpindahan masa dari masa pemanasan global menuju masa pendidihan global menandakan bahwa terjadi penurunan laten pada daya dukung bumi terhadap makhluk hidup yang tinggal di muka bumi. Penyebab terbesar dari perpindahan masa ini adalah pembakaran bahan bakar fosil. Emisi karbon dari bahan bakar fosil yang lepas di atmosfer setidaknya telah mencapai angka 36,6 gigaton sepanjang tahun 2022, dengan kontribusi terbesarnya berasal dari kegiatan penerbangan internasional pascapandemi Covid-19 (ESSD, 2022). Emisi karbon dari bahan bakar fosil disumbang oleh empat sumber utama, yakni minyak bumi, batu bara, semen, dan gas alam. Emisi karbon terbesar adalah karbon dari batubara yang memberikan persentase sebesar 41 persen dengan total polutan sebanyak 15,1 gigaton, diikuti oleh minyak bumi dengan total polutan karbon sebesar 12,1 gigaton, gas alam sebesar 7,9 gigaton, dan industri semen sebesar 1,5 gigaton.

Dampak Global Warming

        Global Warming memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia sehari-hari. Pemanasan global telah menyebabkan terjadinya perubahan iklim di berbagai wilayah di permukaan bumi. Perubahan iklim ini telah dirasakan oleh masyarakat di seluruh dunia, salah satu contoh dari perubahan iklim ini adalah peningkatan suhu global. Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Sixth Assessment Report (AR6) yang dikeluarkan pada tahun 2021, suhu permukaan bumi telah meningkat sebesar 1,07oC dalam kurun waktu tahun 1850 sampai tahun 2019. Meningkatnya suhu global ini berpengaruh terhadap semakin tidak menentunya iklim yang terjadi, salah satu contohnya adalah seringnya terjadi peristiwa hujan deras, walaupun seharusnya pada waktu tersebut telah terhitung dalam bulan musim kemarau. Perubahan musim yang tidak menentu ini menyebabkan petani tidak mampu memprediksi perkiraan musim tanam. Musim tanam yang sulit untuk diprediksi ini dapat menyebabkan terjadinya gagal panen yang akan berdampak pada masalah penyediaan bahan pangan bagi masyarakat, munculnya kelaparan, terjadinya malnutrisi di kalangan anak-anak, bahkan menimbulkan kriminal akibat tekanan tuntutan hidup yang sangat besar (Utina, 2008).

        Peningkatan suhu permukaan bumi juga telah menyebabkan cairnya lapisan es, yang telah diindikasikan dengan adanya penurunan ketebalan lapisan es di kutub, terutama kutub utara. Bagian utara dari belahan Bumi Utara atau Northern Hemisphere akan memanas lebih cepat dibandingkan dengan daerah daerah lain di Bumi, yang mengakibatkan menghangatnya lautan yang ada di sekitar kutub utara. Hal ini terjadi karena proses difusi panas yang lambat di dalam air, sehingga lautan dunia cenderung terus menghangat selama beberapa abad sebagai respons terhadap peningkatan konsentrasi rumah kaca yang terjadi selama ini, yang secara langsung berdampak pada keberadaan gunung-gunung es di kutub utara (Triana, 2008).


Penurunan Luas Permukaan Es di Kutub Utara dalam rentang waktu tahun 1980-2020
Sumber: https://www.britannica.com/science/global-warming/Potential-effects-of-global-warming#ref274847

        Gunung-gunung es di kutub utara yang mencair ini mengakibatkan terjadinya peningkatan tinggi permukaan air laut di seluruh dunia. Permukaan laut rata-rata global telah meningkat sebesar 20 cm dalam rentangan tahun 1901 sampai tahun 2018, dengan catatan bahwa permukaan laut naik lebih cepat pada paruh kedua abad ke-20 dibandingkan pada paruh pertama (IPCC, 2021). Kenaikan ketinggian rata-rata permukaan air laut ini telah menyebabkan berbagai macam permasalahan, diantaranya berkurangnya luas daratan diakibatkan oleh tenggelamnya pulau-pulau kecil, perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan ekosistem mangrove, meluasnya intrusi air laut ke daratan, juga mengancam kegiatan sosial-ekonomi masyarakat di sepanjang pesisir, diantaranya meningkatnya fenomena banjir rob yang menggenangi pemukiman warga akibat pasang tinggi yang mengakibatkan kerusakkan fasilitas sosial dan ekonomi masyarakat.

Grafik Kenaikan Muka Air Laut Rata-Rata Global Tahun 1880-2021
Sumber: https://www.britannica.com/science/global-warming

 


Banjir Rob
Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-61573061

 

Peran dan Aksi Nyata yang Harus Dilakukan

Peran dan Aksi Nyata dari masing-masing Negara dan Masyarakat diperlukan untuk menjaga bumi yang tengah ‘mendidih’ ini agar tidak berdampak secara signifikan kepada seluruh makhluk hidup yang tinggal di permukaan bumi. Pengurangan aktivitas yang menghasilkan gas rumah kaca merupakan salah satu langkah efektif dalam memperlambat intensitas peningkatan suhu bumi. Cara-cara yang dapat dilakukan diantaranya penggunaan energi yang bersumber dari energi alternatif sehingga dapat menekan penggunaan energi bahan bakar fosil yang menjadi penyumbang terbesar gas rumah kaca. Energi alternatif yang dapat digunakan diantaranya adalah energi matahari, angin, air, dan bioenergy.  Energi-energi ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber pembangkit listrik sehingga ketergantungan terhadap batubara dapat ditekan. Penggunaan transportasi umum juga merupakan salah satu cara agar dapat menghemat penggunaan energi berbahan bakar fosil.

Peran berikutnya yang dapat diambil oleh masyarakat adalah dengan menjaga keberadaan daerah terbuka hijau di lingkungan masing-masing sebagai upaya dalam mempertahankan keberadaan daerah resapan air maupun penyerap gas rumah kaca. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mencegah terjadinya penebangan hutan (deforestasi) secara liar, mencegah konversi ruang terbuka hijau (RTH) menjadi daerah terbangun, mencegah perusakan kawasan ekosistem mangrove, mengurangi penggunaan kantong plastik, meningkatkan keberadaan hutan kota, dan juga mencegah pembangunan di daerah resapan air yang berpotensi membantu dalam menjaga daerah tersebut bebas dari bencana hidrometeorologis.

DAFTAR PUSTAKA

 

Earth System Science Data. 2022. Global Carbon Budget. Copernicus Publications.

 IPCC. 2021. Summary for Policymakers on Climate Change 2021: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Sixth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Cambridge University Press.

Riyanto. 2007. Strategi Mengatasi Pemanasan Global (Global Warming). Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Karya Dharma Merauke. 3(2).

 Suwedi, Nana. 2005. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Dampak Pemanasan Global. J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (2): 397-401

 Triana, Vivi. 2008. Pemanasan Global. Jurnal Kesehatan Masyarakat. II(2).

Utina, Ramli. 2008. Pemanasan Global: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya. Universitas Negeri Gorontalo