Mangrove menjadi sabuk hijau lautan dan daratan. Hadirnya Hutan Mangrove sangat berperan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem laut terutama di wilayah pesisir. Indonesia memiliki sekitar 23 % keseluruhan ekosistem mangrove di dunia namun juga memiliki kecepatan keruskaan mangrove terbesar di. Penyebab utamanya adalah akibat kovsersi tambak udang yang dikenal sebagai “revolusi biru”, penebangan dan koversi lahan untuk pertanian atau tambak garam serta degradasi akibat tumpahan minyak dan polusi
(FAO,2007)

Kondisi tersebut mendorong Divisi Pengabdian Lingkungan Masyarakat EGSA mengadakan aksi tanam mangrove sebagai bentuk kampanye lingkungan. Acara tersebut diselenggarakan pada hari Minggu (28/4) di Pantai Baros, Bantul dan diikuti oleh sebanyak 40 peserta. Acara yang juga bertepatan dengan momentum Hari Bumi ini juga mengundang beberapa pembicara yaitu Aristo Hendrasta (Ketua KeMANGTEER Yogyakarta), Dr. Bachtiar Wahyu Mutaqin, S.Kel., M.Sc. (Dosen Fakultas Geografi), dan Fandika Achmad Rosyadi (Team Leader Fundraising WWF Kota Yogyakarta). Panitia bersama peserta melakukan penanaman sebanyak 100 bibit tanaman mangrove. Peserta juga mendapatkan merchandise berupa tumblr guna mengurangi penggunaan sampah plastik.


“Bukan hanya sekedar menanam mangrove tapi kami dari divisi PLM juga akan berusaha untuk terus melakukan monitoring rutin. Harapan kedepannya semoga acara ini dapat menginspirasi orang-orang untuk mulai mencintai lingkungan, dimulai dari hal kecil namun dampaknya akan terus berkelanjutan” ujar Sofia Lutfiana sebagai ketua panitia Aksi Tanam Mangrove.

Categories: Berita EGSA

1 Comment

Sadewa Kusuma Negara · May 5, 2019 at 1:26 pm

Small act does really matter! There’s nothing useless?

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.